Untuk Industri...
>> Tuesday, February 10, 2009
Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar kedua setelah Malaysia. Menurut data, jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2007 adalah 1.800 ton. Jumlah industri kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2006 adalah 419 buah. Dapat dibayangkan betapa ironisnya perbandingan jumlah produksi kelapa sawit kita dengan jumlah pabrik pengolahnya.
Jadi, bagaimana jika pemerintah membangun, mengadakan tender, dan sejenisnya untuk membangun industri kelapa sawit di berbagai tempat di Indonesia? Tentu dengan memperhitungkan kondisi, tempat, dan biaya-biaya produksi agar keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar.
Dengan jumlah produksi kelapa sawit sebesar yang telah disebutkan di atas, tentu industri atau pabrik yang didirikan harus berskala menengah ke atas. Misalkan setiap pabrik dapat menyerap jumlah pekerja sebanyak 500 orang per pabrik. Jika pabrik berjumlah 100 buah, maka jumlah tenaga kerja yang dapat diserap adalah sebanyak 50.000 orang. Ingat!!! Itu masih perkiraan minimum. Sudah pasti seluruh industri tidak dapat dibangun dalam sekejap. Harus bertahap. Sedikit demi sedikit toh lama-lama menjadi bukit juga.
Daripada kelapa sawit kita diekspor jauh lebih banyak daripada yang kita olah, alangkah jauh lebih baik jika kita membangun industri untuk itu. Toh produk turunan kelapa sawit itu banyak juga yang kita impor lagi dengan harga yang lebih mahal padahal bahan bakunya kita ekspor dengan harga yang lebih murah.
Satu hal yang harus diingat, sebaiknya industri kelapa sawit ini jangan sepenuhnya dikelola oleh pihak asing dari luar negara kita. Paling tidak, kita harus dominan dalam penguasaannya atau malah menguasai sepenuhnya. Hal itu seharusnya juga dilakukan pada industri lain. Mengapa? Kita bisa melihat kenyataan di industri minyak di negara kita seperti Exxon Mobile, Chevron, atau Schlumberger. Mereka mendapatkan hasil yang lebih banyak daripada yang kita peroleh khususnya pemerintah kita. Terlebih lagi kita dihadapkan pada kenyataan bahwa masyarakat di sekitar daerah industri itu justru tidak mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik. Sebaliknya mereka malah mendapatkan “getah” dari industri tersebut. Mengapa industri tersebut tidak peduli? Ya, iyalah. Kan masyarakatnya bukan saudara sebangsa atau setanah air mereka, Bro!!! Bahkan, walaupun masyarakatnya itu adalah saudara sebangsa atau setanah air mereka, belum tentu mereka mempedulikannya. Tul nggak?
Penjelasan selanjutnya, jika kita mampu menopang industri kelapa sawit kita, itu merupakan satu kekuatan ekonomi dan politik yang besar dalam hubungan dengan masyarakat luar negeri. Coba bayangkan bagaimana jika seandainya kita menghentikan ekspor produk turunan kelapa sawit kita. Hm, bisa dibayangkan akibatnya bagi negara-negara lain. Itu benar-benar merupakan suatu kekuatan.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan masukkan komentar :